Kiat Tetap Aman dari Penipuan Saat Belanja Online
Oleh Jonathan Weinberg – Rab, 7 Nov 2012 14:38 WIB
Mereka
yang doyan belanja online adalah mangsa utama para penjahat dunia maya —
dan kegiatan tawar-menawar sering mereka jadikan sebagai samaran.
Di dunia maya, informasi bisa jadi sumber uang, dan banyak penjahat mencoba memikat para mangsa untuk mengungkapkan detail pribadi mereka — yang kemudian dapat digunakan untuk penipuan identitas.
Pekan ini diadakan Get Safe Online Week, yang diselenggarakan oleh Get Safe Online untuk mendidik para pengguna internet tentang cara menghindari perangkap semacam itu.
Menurut survei mereka, lima ancaman yang paling umum untuk menjaring korban adalah dengan virus, yang dialami oleh satu dari lima orang yang menjadi objek survei, pembobolan email (18 persen), gangguan akun media sosial (12 persen), penipuan barang belanja online yang tidak pernah kunjung datang (12 persen) dan penipuan kartu kredit online (9 persen).
Dan tampaknya dua yang terakhir adalah yang paling menakutkan jika menyangkut belanja di dunia maya.
Menurut Equifax, sebuah perusahaan yang mengelola informasi akun kredit jutaan orang di seluruh Inggris, hampir setengah dari jumlah pembeli online merasa menyesal karena telah memberikan terlalu banyak informasi pribadi saat melakukan transaksi online.
Hampir enam dari 10 orang yang ditanyai mengatakan, mereka akan membatalkan transaksi online jika mereka merasa ditanyai detail yang terlalu banyak.
Dan Neil Munroe dari Equifax mengatakan, "Sayangnya ada beberapa penipuan yang menampilkan situs palsu dan email penjebak yang membahayakan para konsumen.
"Penelitian kami menunjukkan hampir setengah konsumen merasa menyesal setelah memberikan informasi. Jelas bahwa konsumen hanya harus memberikan data pribadi kepada situs atau perusahaan yang terpercaya sepenuhnya — jika mereka merasa ragu, mereka harus membatalkan transaksi tersebut."
Tapi yang mengkhawatirkan, 40 persen konsumen mengaku masih merasa senang untuk memberikan informasi pribadi untuk penawaran yang bagus atau diskon online, sesuatu yang dijual para penipu.
Dengan menawarkan barang dan harga yang muluk-muluk, mereka mampu memikat para pelanggan yang potensial dan menggunakan informasi pribadi atau detail kartu kredit untuk membajak identitas mereka atau mencuri uang.
Munroe menambahkan, "Berbelanja, bersosialisasi dan melakukan transaksi perbankan secara online, kini telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Banyak dari kita yang menikmati kenyamanan dan keuntungan yang ditawarkannya.”
"Namun orang-orang perlu melindungi diri dari risiko yang mungkin terjadi. Kecanggihan penipuan online semakin meningkat dari hari ke hari, sehingga sangat penting bagi konsumen untuk memahami nilai informasi pribadi mereka dan melakukan tindakan pencegahan dari penipuan identitas."
Tony Neate, CEO getsafeonline.org, yakin bahwa dengan pengetahuan yang lebih akan membuat orang terhindar dari masalah, dan para pengguna situs tidak perlu malu untuk meminta bantuan.
Ia menjelaskan, "Orang-orang tidak boleh malu saat mengalami penipuan, atau mereka perlu tahu lebih banyak informasi, itulah sebabnya kami mendorong agar mereka melakukan 'Click&Tell' – dengan membuka situs Get Safe Online, untuk mendapatkan beberapa tips keamanan berbelanja online dan memberitahukan informasi tersebut kepada teman, keluarga, rekan kerja, tetangga atau bahkan orang asing yang bisa mendapatkan manfaat dari informasi tersebut."
1. Jangan berbagi password
Apa pun transaksi yang Anda lakukan, jangan pernah memberikan atau menuliskan password Anda. Jangan gunakan satu password yang sama untuk semua akun, sehingga jika ada satu password Anda yang bocor, maka akun yang lain tetap akan aman. Gunakan kombinasi huruf, angka dan karakter khusus dalam membuat password yang sulit untuk ditebak — atau untuk mencegah program otomatis penebak password membongkarnya.
2. Perhatikan tanda-tandanya
Jika Anda menemukan tawaran atau harga yang terlalu muluk, maka biasanya itu memang benar-benar situs yang menipu. Kesalahan ejaan dan tata bahasa yang buruk adalah tanda utama dari sebuah situs belanja palsu, sementara situs tanpa ikon gembok pada halaman transaksi atau sebuah awal URL dimulai https:// tidaklah aman.
3. Cari tahu informasi perusahaan tersebut
Ketika Anda membeli barang dari sebuah perusahaan yang Anda tidak tahu, periksalah apakah mereka memiliki nomor kontak atau alamat kantor yang benar. Carilah di Google Maps atau Google Street View untuk memastikan kantor mereka benar-benar ada. Cari tahulah informasi yang valid sebanyak mungkin untuk dapat memutuskan tetap melanjutkan pembelian atau tidak.
4. Belilah dengan kartu kredit
Apa Anda tahu bahwa membayar dengan kartu kredit saat belanja online dapat menjamin beberapa bentuk perlindungan? Periksalah dengan penyedia kartu Anda, untuk memastikan pembayaran minimum yang diperlukan jika barang tersebut rusak saat tiba, atau jika tidak diantar sama sekali, maka Anda bisa mengklaim biaya pengembalian dari penyedia kartu Anda.
5. Miliki aplikasi antivirus yang terbaru
Dan gunakanlah firewall jika menggunakan komputer berbasis Windows. Apple Mac sudah memiliki perlindungan di dalamnya dan tidak rentan terhadap virus dan spyware, namun mereka tidak kebal seperti yang dibayangkan banyak orang. Kini Anda juga bisa mendapatkan aplikasi perlindungan untuk smartphone dan tablet.
6. Waspadalah terhadap hotspot internet
Kini di Indonesia sudah memiliki banyak hotspot internet Wi-Fi , namun tidak aman sepenuhnya. Jika Anda keluar rumah dan ingin log in ke salah satu hotspot tersebut, waspadalah terhadap setiap toko online, restoran atau bar yang mencurigakan. Bahkan, tempat-tempat semacam itu mungkin tidak sepenuhnya aman, sehingga Anda harus yakin bahwa komputer Anda memang memiliki firewall dan perlindungan virus yang aktif.
7. Pada jejaring sosial, selalu periksa pengaturan privasi dan keamanan
Mungkin diperlukan waktu beberapa saat, tetapi dengan pengaturan yang benar, Anda dapat mencegah orang asing melihat status, gambar dan informasi pribadi Anda.
8. Ketika mengunduh aplikasi dari sumber lain selain toko aplikasi resmi seperti Google Play dan iTunes, selalu hati-hati
Banyak aplikasi jahat kini dapat menyembunyikan spyware yang berbahaya dan dapat memantau penggunaan telepon seluer Anda, atau bahkan mengirim pesan di latar belakang dengan menggunakan pulsa yang dapat membuat tagihan telepon Anda menjadi besar.
9. Jika Anda atau seseorang yang Anda kenal menjadi korban kejahatan dunia maya, catatlah apa yang terjadi secara persis.
Carilah saran dari situs Childline atau BeatBullying. Situs tersebut mendorong anak untuk bicara tentang masalah yang mereka hadapi di dunia maya dengan orangtua atau guru.
10. Ingatkan anak bahwa apa yang mereka unggah secara online akan meninggalkan jejak digital
Masa depan mereka mungkin akan dilihat oleh perusahaan, universitas atau perguruan tinggi. Jika Anda merasa khawatir tentang keamanan para pemuda dalam bermain internet atau menemukan foto yang berisi konten kekerasan atau seksual, laporkanlah ke polisi secara diam-diam atau dengan menggunakan hotline dari Internet Watch Foundation.
Di dunia maya, informasi bisa jadi sumber uang, dan banyak penjahat mencoba memikat para mangsa untuk mengungkapkan detail pribadi mereka — yang kemudian dapat digunakan untuk penipuan identitas.
Pekan ini diadakan Get Safe Online Week, yang diselenggarakan oleh Get Safe Online untuk mendidik para pengguna internet tentang cara menghindari perangkap semacam itu.
Menurut survei mereka, lima ancaman yang paling umum untuk menjaring korban adalah dengan virus, yang dialami oleh satu dari lima orang yang menjadi objek survei, pembobolan email (18 persen), gangguan akun media sosial (12 persen), penipuan barang belanja online yang tidak pernah kunjung datang (12 persen) dan penipuan kartu kredit online (9 persen).
Dan tampaknya dua yang terakhir adalah yang paling menakutkan jika menyangkut belanja di dunia maya.
Menurut Equifax, sebuah perusahaan yang mengelola informasi akun kredit jutaan orang di seluruh Inggris, hampir setengah dari jumlah pembeli online merasa menyesal karena telah memberikan terlalu banyak informasi pribadi saat melakukan transaksi online.
Hampir enam dari 10 orang yang ditanyai mengatakan, mereka akan membatalkan transaksi online jika mereka merasa ditanyai detail yang terlalu banyak.
Dan Neil Munroe dari Equifax mengatakan, "Sayangnya ada beberapa penipuan yang menampilkan situs palsu dan email penjebak yang membahayakan para konsumen.
"Penelitian kami menunjukkan hampir setengah konsumen merasa menyesal setelah memberikan informasi. Jelas bahwa konsumen hanya harus memberikan data pribadi kepada situs atau perusahaan yang terpercaya sepenuhnya — jika mereka merasa ragu, mereka harus membatalkan transaksi tersebut."
Tapi yang mengkhawatirkan, 40 persen konsumen mengaku masih merasa senang untuk memberikan informasi pribadi untuk penawaran yang bagus atau diskon online, sesuatu yang dijual para penipu.
Dengan menawarkan barang dan harga yang muluk-muluk, mereka mampu memikat para pelanggan yang potensial dan menggunakan informasi pribadi atau detail kartu kredit untuk membajak identitas mereka atau mencuri uang.
Munroe menambahkan, "Berbelanja, bersosialisasi dan melakukan transaksi perbankan secara online, kini telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Banyak dari kita yang menikmati kenyamanan dan keuntungan yang ditawarkannya.”
"Namun orang-orang perlu melindungi diri dari risiko yang mungkin terjadi. Kecanggihan penipuan online semakin meningkat dari hari ke hari, sehingga sangat penting bagi konsumen untuk memahami nilai informasi pribadi mereka dan melakukan tindakan pencegahan dari penipuan identitas."
Tony Neate, CEO getsafeonline.org, yakin bahwa dengan pengetahuan yang lebih akan membuat orang terhindar dari masalah, dan para pengguna situs tidak perlu malu untuk meminta bantuan.
Ia menjelaskan, "Orang-orang tidak boleh malu saat mengalami penipuan, atau mereka perlu tahu lebih banyak informasi, itulah sebabnya kami mendorong agar mereka melakukan 'Click&Tell' – dengan membuka situs Get Safe Online, untuk mendapatkan beberapa tips keamanan berbelanja online dan memberitahukan informasi tersebut kepada teman, keluarga, rekan kerja, tetangga atau bahkan orang asing yang bisa mendapatkan manfaat dari informasi tersebut."
1. Jangan berbagi password
Apa pun transaksi yang Anda lakukan, jangan pernah memberikan atau menuliskan password Anda. Jangan gunakan satu password yang sama untuk semua akun, sehingga jika ada satu password Anda yang bocor, maka akun yang lain tetap akan aman. Gunakan kombinasi huruf, angka dan karakter khusus dalam membuat password yang sulit untuk ditebak — atau untuk mencegah program otomatis penebak password membongkarnya.
2. Perhatikan tanda-tandanya
Jika Anda menemukan tawaran atau harga yang terlalu muluk, maka biasanya itu memang benar-benar situs yang menipu. Kesalahan ejaan dan tata bahasa yang buruk adalah tanda utama dari sebuah situs belanja palsu, sementara situs tanpa ikon gembok pada halaman transaksi atau sebuah awal URL dimulai https:// tidaklah aman.
3. Cari tahu informasi perusahaan tersebut
Ketika Anda membeli barang dari sebuah perusahaan yang Anda tidak tahu, periksalah apakah mereka memiliki nomor kontak atau alamat kantor yang benar. Carilah di Google Maps atau Google Street View untuk memastikan kantor mereka benar-benar ada. Cari tahulah informasi yang valid sebanyak mungkin untuk dapat memutuskan tetap melanjutkan pembelian atau tidak.
4. Belilah dengan kartu kredit
Apa Anda tahu bahwa membayar dengan kartu kredit saat belanja online dapat menjamin beberapa bentuk perlindungan? Periksalah dengan penyedia kartu Anda, untuk memastikan pembayaran minimum yang diperlukan jika barang tersebut rusak saat tiba, atau jika tidak diantar sama sekali, maka Anda bisa mengklaim biaya pengembalian dari penyedia kartu Anda.
5. Miliki aplikasi antivirus yang terbaru
Dan gunakanlah firewall jika menggunakan komputer berbasis Windows. Apple Mac sudah memiliki perlindungan di dalamnya dan tidak rentan terhadap virus dan spyware, namun mereka tidak kebal seperti yang dibayangkan banyak orang. Kini Anda juga bisa mendapatkan aplikasi perlindungan untuk smartphone dan tablet.
6. Waspadalah terhadap hotspot internet
Kini di Indonesia sudah memiliki banyak hotspot internet Wi-Fi , namun tidak aman sepenuhnya. Jika Anda keluar rumah dan ingin log in ke salah satu hotspot tersebut, waspadalah terhadap setiap toko online, restoran atau bar yang mencurigakan. Bahkan, tempat-tempat semacam itu mungkin tidak sepenuhnya aman, sehingga Anda harus yakin bahwa komputer Anda memang memiliki firewall dan perlindungan virus yang aktif.
7. Pada jejaring sosial, selalu periksa pengaturan privasi dan keamanan
Mungkin diperlukan waktu beberapa saat, tetapi dengan pengaturan yang benar, Anda dapat mencegah orang asing melihat status, gambar dan informasi pribadi Anda.
8. Ketika mengunduh aplikasi dari sumber lain selain toko aplikasi resmi seperti Google Play dan iTunes, selalu hati-hati
Banyak aplikasi jahat kini dapat menyembunyikan spyware yang berbahaya dan dapat memantau penggunaan telepon seluer Anda, atau bahkan mengirim pesan di latar belakang dengan menggunakan pulsa yang dapat membuat tagihan telepon Anda menjadi besar.
9. Jika Anda atau seseorang yang Anda kenal menjadi korban kejahatan dunia maya, catatlah apa yang terjadi secara persis.
Carilah saran dari situs Childline atau BeatBullying. Situs tersebut mendorong anak untuk bicara tentang masalah yang mereka hadapi di dunia maya dengan orangtua atau guru.
10. Ingatkan anak bahwa apa yang mereka unggah secara online akan meninggalkan jejak digital
Masa depan mereka mungkin akan dilihat oleh perusahaan, universitas atau perguruan tinggi. Jika Anda merasa khawatir tentang keamanan para pemuda dalam bermain internet atau menemukan foto yang berisi konten kekerasan atau seksual, laporkanlah ke polisi secara diam-diam atau dengan menggunakan hotline dari Internet Watch Foundation.